Legenda dari Polandia

Legenda Sang Naga Wawel
Dalam  Bahasa  Polandia   :   O Smoku   Wawelskim
Pengarang   :    Wincenty   Kadublek 
Cerita berawal sejak abad ke 12
Cerita dalam bahasa Italia
Penerjemah   :   Reika Volam Medina


Berabad-abad yang lalu,  di zaman Pangeran Crac,  di bawah kaki bukit Wawel,  hiduplah seekor naga yang amat menakutkan.  Seluruh penduduk Cracrow,  mulai dari gelandangan hingga Raja Krak pun tak tahu darimanakah naga itu berasal.
Pangeran Crac adalah seorang pendiri legendaris dari kota Krakow,  tiba-tiba saja raib tak tahu dimana rimbanya.  Seluruh penduduk Krakow diliputi ketakutan saat mendengar hal ini.  
Terlebih lagi pada saat tengah malam,  mereka mendengar deru nafas sang naga yang membahana ke seluruh daerah Krakow,

" Woooooooooaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrr.......! "  seru sang naga mengeluarkan api dari mulutnya dan membakar pohon-pohon diatas bukit.
Sang naga sangat nyaman tinggal di Krakow.  Maka,  ia sangat ingin sekali turun dari bukit dan melihat keadaan penduduk sekitar.  Syukur-syukur kalau bisa berkenalan,  pikir sang naga.  Maka, disuatu hari,  sang naga mencoba mendatangi pemukiman penduduk di Krakow.
Penduduk semakin ketakutan mengetahui perihal kedatangan sang naga.  Mereka berbondong-bondong masuk ke dalam rumah dan menguncinya.  Mereka menutup tirai tak sanggup melihat keganasan sang naga yang merusak kota.  Berita ini pun terdengar sampai ke istana Raja Krak,  ayah Pangeran Crac.

Suatu hari,  sang raja mendatangi penduduknya dan membuat pengumuman,

"  Barangsiapa yang bisa membunuh naga itu,  dan membawa kembali anakku,  Pangeran Crac,  maka akan kunikahkan dengan putri bungsuku.  "   seru sang Raja.

Para penduduk tidak tahu bagaimana caranya menghabisi nyawa si naga,  disamping mereka amat takut sekalipun hanya mendengar raungan si naga dari kaki bukit.  Tapi,  tak sedikit yang mencoba peruntungannya untuk bisa menjadi anggota keluarga kerajaan.

Banyak para ksatria berkuda,  orang-orang sakti dengan pedang-pedangnya,  dan pemanah-pemanah handal mempertaruhkan hidup mereka demi melawan sang naga.  Namun, mereka semua kembali hanya nama.  Air mata mulai menaungi seluruh penduduk Krakow.  Mereka sedih kehilangan anggota keluarga mereka.

Hingga satu hari,  datanglah seorang pemuda miskin yang bekerja sebagai tukang sepatu,

"  Yang Mulia,  izinkan saya mencobanya.  "  kata si tukang sepatu.

"  Apa yang kau bawa untuk melawan sang naga ? "  tanya Raja Krak.

" Aku melawannya dengan caraku, Yang Mulia. "  jawabnya tenang.  Raja Krak bingung,  namun ia tetap mengizinkan pemuda miskin itu menjalankan misinya.

Si pemuda tukang sepatu kembali ke rumahnya.  Ia lalu menyiapkan peralatan perang sesuai dengan kemampuannya.  Ia menyiapkan bulu domba,  mengisinya dengan ter dan belerang,  lalu menjahitnya hingga membentuk seekor domba.  Ia pun beristirahat untuk mengumpulkan tenaga melawan sang naga.

Esok paginya,  pemuda miskin itu datang ke bukit Wawel.  Ia meletakkan domba buatannya di depan gua tempat tinggal sang naga.  Sang naga yang lapar melihat seekor domba di depan matanya,  segera menyambar domba-dombaan itu dan memakannya dengan lahap.

Karena yang dimakan adalah domba berisi ter dan belerang,  sang naga merasa tenggorokannya seperti terbakar.  Ia membutuhkan air dengan segera untuk meredam rasa sakit di tenggorokannya.

Sang naga terbang ke Krakow,  menakuti penduduk dengan raungannya,  dan segera ia berlari ke tepi pantai Vistula.  Sang naga senang menemukan air dan segera menghabiskan air di tepi pantai Vistula untuk meredakan tenggorokannya.

Karena terlalu banyak meminum air,  akhirnya tubuh sang naga menggelembung,  lalu meledak dan mati.   Suara ledakan amat keras hingga mengagetkan penduduk Krakow.

Si pemuda tukang sepatu amat senang,  dan membawa serpihan tubuh naga kembali ke Krakow.  Seluruh penduduk Krakow yang melihat amat gembira sambil menyambut si pemuda miskin ini.  
Akhirnya,  Krakow terbebas dari teror sang naga.  Penduduk pun mengadakan pesta di sepanjang jalan untuk merayakan kematian sang naga.

Lalu,  pemuda tukang sepatu segera kembali ke bukit Wawel,  dan membebaskan Pangeran Crac.  Bersama-sama,  mereka kembali ke istana Raja Krak.  Raja Krak sangat bahagia melihat putra mahkotanya kembali dengan selamat.
Pemuda tukang sepatu yang miskin ini,  menunjukkan serpihan tubuh naga kepada Raja Krak,

"  Penduduk Krakow bisa tidur dengan nyenyak lagi, Yang Mulia.  "  ujar si pemuda tukang sepatu sambil meletakkan serpihan tubuh naga di depan Raja Krak.

Dan sesuai dengan janjinya,  Raja Krak pun menikahkan si pemuda miskin dengan putri bungsunya  dan si pemuda tukang sepatu ini akhirnya menjadi orang kaya lalu dilantik menjadi anggota keluarga kerajaan.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Be well so other person will be good to you

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...