Dongeng Cantik Dari Denmark

Claus Besar
Dan
Claus Kecil


Diangkat dari cerita  :  

Karya   :  Hans Christian Andersen
Diterjemahkan oleh   :  Endena Regischa Wirya



Di suatu desa hiduplah dua orang laki-laki yang memiliki nama yang sama.  Mereka bernama Claus.  Claus yang pertama memiliki empat kuda,  sehingga ia dijuluki sebagai  Claus besar.  Sedangkan,  Claus kedua hanya memiliki seekor kuda,  hingga ia dipanggil Claus kecil.

Sekarang, marilah kita simak apa yang terjadi pada mereka....................................

Selama seminggu, Claus kecil memikirkan cara bagaimana menodong Claus besar agar ia meminjamkan salah satu kudanya dari keempat kuda yang ia miliki. 

Sayang, disuatu hari yang cerah,  rencana jahat Claus kecil terwujud. Karena ketakutan, Claus besar akhirnya menyetujui meminjamkan salah satu kudanya dan berjanji akan membawa kudanya di hari Minggu nanti.

Namun, di suatu Minggu yang cerah,  Claus besar mendatangi rumah Claus kecil dan justru,  ia malah meminjamkan seluruh kudanya.

Claus kecil sangat terkejut dengan apa yang dilakukan Claus Besar. Ia tidak pernah menyangka,  kini,  di dalam kandangnya ada empat kuda Claus besar ditambah punyanya sendiri.  

Claus kecil sangat bangga.  Tak henti-hentinya ia melihat dan menepuk-nepuk punggung kuda-kuda itu.  Kelima kuda itu tampak gagah di dalam kandang si Claus kecil.

" Aku mau meminjamkan keempat kudaku ini sekaligus karena aku kasihan padamu. " kata Claus besar.
" Maka aku memutuskan aku akan meminjamkannya padamu sepanjang hari ini saja ! "  tegas Claus besar lagi. sambil mengambil tempat untuk duduk dan menunggui kuda-kudanya hingga matahari terbenam.


Di hari Minggu secerah ini,  burung-burung keluar dari sarangnya. Matahari bersinar dengan terangnya, suara lonceng gereja terdengar indah,  dan indahnya pakaian orang-orang yang keluar dari rumahnya dengan kitab suci terapit di lengan mereka menuju gereja untuk kebaktian.

Di perjalanan menuju gereja,  mata mereka terpaku kepada Claus kecil yang tengah membajak ladang dengan kelima ekor kuda yang gagah. Mereka saling berbisik dan saling memandang dengan pandangan heran,  sejak kapan si Claus kecil punya lima kuda ?

Claus kecil yang merasa diperhatikan oleh orang-orang yang lalu lalang, lalu membanggakan diri,

" Hey, kalian ! Lihatlah ini......! Aku dengan kelima kudaku ! Ha ha ha ha...."  teriaknya congkak sambil melambaikan tangan dan memamerkan kelima ekor kuda yang dimilikinya.

" Hei, Claus kecil,  kau seharusnya tidak perlu pamer seperti itu kepada mereka. " tegur Claus besar memperingatkan Claus kecil.  

" Punyamu yang sebenarnya 'kan hanya seekor kuda.  Dan keempat kuda yang lainnya 'kan adalah milikku. "

Claus kecil memandang Claus besar dengan sinis.  Claus kecil sudah lupa diri dengan kuda-kuda gagah yang bukan miliknya.  Ia mengabaikan teguran Claus besar dan tetap saja membanggakan keempat kuda yang bukan miliknya dan ditambah dengan seekor kuda miliknya kepada orang-orang yang lalu lalang.

Claus besar kesal karena telah diabaikan Claus kecil.  Ia muak melihat kesombongan Claus kecil dengan memamerkan sesuatu yang bukan miliknya.

" Hei, Kecil, sebaiknya kau berhenti bertingkah menyebalkan seperti itu ! "  bentak Claus besar dengan sangat marah.   

" Kalau tidak,  aku akan memukul kepala kudamu sampai mati.  Hingga kamu tidak memiliki apapun lagi untuk kau banggakan !! "

Ternyata, Claus kecil takut juga akan ancaman Claus besar.  Ia menganggukkan kepala dan menelan ludah,
" I...i...iya....aku berjanji aku tidak akan membual seperti itu lagi. Ma....ma....maafkan atas sikapku. "  ujar Claus kecil tergagap.

Namun, seiring makin banyaknya orang lalu lalang menuju gereja, melihat kearahnya,  menganggukkan kepala mereka dan mengangkat topi mereka sambil berujar,  " Selamat pagi, Claus. "  membuat Claus kecil pun kembali melupakan janjinya kepada Claus besar.

Apalagi ditambah dengan gadis-gadis cantik yang mulai tersenyum dan tertawa-tawa malu saat menegur Claus kecil, benar-benar membuatnya lupa diri.  Ia pun mulai membanggakan lagi kuda-kuda yang bukan miliknya.

" Hey, kalian ! Lihatlah ini......! Aku dengan kelima kudaku ! Ha ha ha ha...."

Claus besar amat marah mendengar seruan pamer dari Claus kecil lagi.  Ia lalu bangkit dari tempat duduknya, mengambil palu godam dan memukul hingga mati satu-satunya kuda milik Claus kecil.

" Itu akibatnya kalau kau suka pamer sesuatu yang bukan milikmu !! " bentak Claus besar sambil berlalu dan membawa pulang keempat ekor kudanya.

Claus kecil mulai menangis,

" Oh, bagaimana ini ? Kini, aku tak punya kuda lagi sekarang.  Aku lebih miskin dari yang kemarin. Hik....hik....."

Ia mulai meratapi kematian kudanya.  Terdengar pilu mendengar tangisan Claus kecil. Dengan berurai air mata,  Claus kecil mengambil pisau dan menguliti kudanya yang telah mati.  Ia lalu menjemur kulit kudanya agar kering tertiup angin.

Beberapa hari kemudian, Claus kecil memeriksa kulit kudanya.  Setelah ia merasa kulit kudanya sudah sangat kering,  ia lalu membungkusnya dengan sebuah karung.  Claus kecil berencana untuk menjual kulit kudanya yang telah kering ke kota.  Ia pun segera berangkat.

Perjalanan ke kota amatlah jauh. Claus kecil harus bolak-balik masuk hutan beberapa kali.  Dan hutan yang terakhir terlihat lebih gelap dari hutan-hutan sebelumnya yang telah ia masuki.

Tiba-tiba,  terdengarlah suara guntur bersahutan.  Dan tak lama kemudian,  turunlah hujan deras.  Claus kecil berusaha mencari tempat berlindung. Namun sayang,  justru pencarian tempat berlindung itulah yang menyebabkan ia justru tersesat semakin dalam ke tengah hutan.

Saat hujan reda,  langit hampir gelap dan matahari sudah hampir tenggelam.  Claus kecil sangat bingung terjebak didalam hutan.

" Apa yang harus kulakukan sekarang ? Kalau aku tetap memaksa pergi ke kota, sedangkan kota saja masih beberapa jam lagi.  Kalau aku pulang, perjalanan menuju ke rumah pun sama jauhnya dengan ke kota. "  pikir Claus kecil.

Sambil berpikir, Claus kecil mencoba-coba berkeliling di seputaran hutan.  Lalu, ia menemukan sebuah rumah pertanian yang besar.  Pintu rumah sudah tertutup tetapi dari luar jendela, Claus kecil masih melihat ada cahaya yang menerobos melewati jendela itu.

" Aaah....aku yakin pemilik rumah itu pasti belum tidur.  Mungkin aku bisa menginap satu hari disana. "  pikir Claus.  

Ia pun segera bergegas menuju rumah pertanian itu.

Claus kecil mengetuk pintu rumah besar itu.  Pintu terbuka dan terlihat seorang wanita dengan rambut putih keluar dari dalam.  Claus kecil pun mengatakan kepada wanita itu agar ia diberi izin untuk menginap malam ini.

Demi mengetahui niat Claus kecil,  wanita itu menjawab,

" Maaf, aku tidak bisa mengizinkan kau tidur disini.  Suamiku sedang tidak ada dirumah.  Lagipula,  kau orang asing.  Aku pun tak tahu apakah kau orang baik atau orang yang jahat. " 
Wanita yang tak lain adalah istri dari si pemilik rumah pertanian besar itu membanting pintu rumahnya dan langsung mengunci pintu didepan batang hidung si Claus kecil.

" Baiklah !  Aku akan tidur diluar saja, Nyonya ! "  seru Claus kecil sedikit kencang dengan maksud menyindir si empunya rumah.

Claus kecil pun memandangi sekitar tanah pertanian.  Dilihatnya, sebuah tumpukan jerami yang sangat banyak dan besar.  Tumpukan jerami itupun telihat sebagai tangga untuk menuju kearah atap gudang jerami yang bersambung ke atap rumah pertanian itu.

" Aha ! Disanalah aku akan merebahkan tubuhku yang lelah malam ini. " ujar Claus kecil dalam hati.

Claus kecil segera memanjat tumpukan jerami itu.  Namun, ia menghentikan langkahnya,

" Atap ini akan menjadi tempat tidur yang enak untuk seluruh tulang-tulangku kalau saja tidak ada burung bangau yang bersarang disini ! "  gerutunya.

" Mudah-mudahan saja si burung bangau itu tidak bangun lalu mematuki kaki dan tubuhku disaat aku sedang tidur ! "

Si burung bangau pun tengah asyik tidur di sarangnya.  Mungkin, sedang mengerami telur-telurnya.  Claus kecil merangkak di sepanjang atap perlahan-lahan untuk mencari tempat tidur yang nyaman untuknya dan tulang-tulang tubuhnya dan agar tidak membangunkan si penghuni lama, yaitu burung bangau.

Saat Claus kecil menemukan tempat yang nyaman bagi dirinya,  ia menemukan sebuah lubang kecil di atap itu.  Ia pun mengintip dan melihat sebuah ruangan besar dengan sebuah meja oval yang besar juga.  Diatas meja tersedia sebuah botol anggur,  daging panggang dan ikan bakar.  Semua tampak begitu lezat di mata Claus dan aroma khas daging panggang tercium sampai ke hidung Claus.

Claus kecil juga melihat wanita berambut putih yang tadi beserta seorang pengurus gereja.  Mereka tengah bersantap hidangan lezat itu.  Si istri pemilik rumah terlihat sedang menuangkan anggur ke dalam gelas pria itu lalu memotongkan ikan bakar dan meletakkannya diatas si pria. Tampaknya, pengurus gereja itu sangat menyukai ikan ketimbang daging panggang.

" Ah, seandainya saja aku bisa menikmati hidangan itu juga walau hanya sedikit. "  keluh Claus kecil berandai-andai sambil memegangi perutnya yang keroncongan.

Lalu, Claus kecil kembali mengintip ke dalam lubang.  Namun,  kali ini,  ia tidak puas hanya melihat dari lubang kecil.  Maka, Claus kecil merangkak perlahan-lahan dari atap kearah jendela belakang.  Ia terkejut saat melihat wanita si empunya rumah mengeluarkan kue yang sangat lezat dari dalam oven dan menyajikannya diatas meja.

Wah ! Mereka sedang berpesta ! pikir Claus kecil.

Tak lama kemudian,  ia mendengar suara dari arah jalan menuju rumah pertanian.  Claus merangkak lagi keatas atap dan ia melihat seorang laki-laki. Itu pasti petani si empunya rumah, pikir Claus.

Sebenarnya pak tani ini adalah orang yang cerdas.  Namun, ia sangat tidak suka dengan si pengurus gereja itu.  Andai saja petani itu tau bahwa pengurus gereja itu kini sedang berpesta makanan enak dirumahnya, ia pasti langsung marah-marah.  

Ditambah, bila ia tahu bahwa si pengurus gereja justru sedang mengunjungi istrinya disaat suami sang istri sedang tidak ada dirumah.  Apalagi bila ia tahu bahwa si pengurus gereja yang amat dibencinya itu,  justru mendapat pelayanan istimewa beserta makanan yang lezat di rumahnya sendiri.

Istri pak tani mendengar suara orang datang mendekati pintu.  Segeralah, ia menyuruh si pengurus gereja itu untuk segera bersembunyi di sebuah lemari besar yang terletak di sudut ruangan.  Istri pak tani itu segera berbenah makanan yang ada di mejanya.

Ia menyembunyikan botol anggur dan gelasnya di lemari makanan dan menyembunyikan semua hidangan dan kue di dalam oven.  Ia juga menyisir rambutnya yang sempat berantakan.  Karena, kalau suaminya tahu apa yang tengah terjadi di dalam rumah itu,  maka ia akan memberikan sejuta pertanyaan yang dijamin akan sulit kau jawab apabila kau sedang membohongi pak tani !


Claus kecil kembali merangkak ke jendela belakang.  Terkejutnya ia saat ia lihat seluruh hidangan lezat lenyap dari meja seketika.

" Ampun ! Kemana hidangan lezat itu ? "  pekik Claus kecil sepelan mungkin sambil menutup mulutnya.

" Hey, siapa yang ada diatas sana ?  Demi Tuhan ! Turunlah dari sana ! Ayo, masuk dan bertandanglah kerumahku barang sekejap ! "  seru pak tani meletakkan kedua tangannya didekat mulutnya hingga membentuk seperti mikrophone.

Claus kecil kaget.  Tak disangka, persembunyiannya akan ketahuan juga.  Malah, ketahuan oleh si empunya rumah sendiri.  Perlahan-lahan,  Claus kecil turun dari atap rumah si pak tani.

Ia mendekat kearah pak tani dengan kepala tertunduk.  Lalu, dengan berat,  ia menceritakan mengapa ia sampai diatas atap.  Pak tani hanya tertawa kecil.

" Tentu saja ! Kau kuizinkan untuk menginap dirumahku malam ini.  Kau tak perlu takut padaku.  Apa kau tidak lapar diatas sana ?  Marilah, kita makan sesuatu dulu sebelum kita tertidur malam ini. "  ajak pak tani.

Claus kecil sangat senang.  Kemudian,  ia dan Claus kecil masuk ke dalam rumah pak tani yang besar.  Mereka berdua disambut baik oleh istri pak tani.  Pak tani lalu mengajak Claus kecil langsung menuju meja makan.  Dengan sopan,  ia meminta sang istri untuk segera menyiapkan makanan untuk dia dan tamu mereka malam ini, Claus kecil.  Istrinya mengangguk.

Tak lama,  ia menyiapkan peralatan makan dan meletakkan panci besar yang ternyata didalamnya hanyalah bubur.  Pak tani yang pada dasarnya memang sudah lapar,  segera saja menyantap bubur yang disediakan oleh istrinya.

Namun,  Claus kecil sama sekali tak suka bubur.  Ia tak senang akan istri si empunya rumah yang baik hati.  Claus kecil sangat penasaran kemanakah semua hidangan lezat yang banyak yang tadi dilihat olehnya sejak diatas atap.  Claus kecil pun mencari akal.

Dibawah kakinya terdapat karung yang berisi kulit kudanya yang telah kering.  Seperti yang kita tahu bahwa ia mau menjual kulit kudanya ke kota.  Lalu, Claus kecil menginjak karungnya.  Kulit kuda yang kering itu mengeluarkan suara krieeek yang keras.

" Ssshhhh ! "  kata Claus kecil sambil menempelkan jari telunjuk dibibirnya.

Ia lalu menginjak lagi karungnya sedikit kencang, agar semakin besar suara yang dihasilkan kulit kering dari kudanya itu.

" Hey, suara apa itu ? Apa yang kau bawa ? "  tanya pak tani penasaran.

" Oooh.........cuman kantong ajaib yang bisa berbicara dengan seorang penyihir hebat. "  jawab Claus kecil datar.  " Penyihir itu bilang, katanya,  ia sudah menyihir hidangan lezat untuk kita dan tersimpan di dalam oven.  Hidangan itu berupa daging panggang,  ikan bakar dan kue. "

"  Benarkah ? "  tanya pak tani.  Claus kecil segera mempersilahkan pak tani untuk memeriksa oven miliknya.  Pak tani pun membuka ovennya.  Ia sangat gembira menemukan berbagai hidangan lezat didalamnya.  Dan semuanya adalah makanan kesukaannya.

Sebenarnya,  istrinyalah yang menyembunyikan hidangan itu didalam oven.  Tetapi, pak tani cukup percaya bahwa itu adalah kerjaan penyihir yang telah memberikan kantong ajaib kepada tamunya malam itu.

Pak tani segera meminta istrinya agar menghidangkan semua makanan yang lezat itu diatas meja dan melayani tamu mereka dengan baik.  Istri pak tani memandang Claus kecil. Mata Claus kecil dan istri pak tani beradu.  Mata Claus kecil menyiratkan seakan-akan akan memberitahu kebohongan istri pak tani apabila ia mau macam-macam dan berbuat jahat pada Claus kecil.

Istri pak tani mengalihkan pandangannya.  Ia hanya menggigit bibirnya dan tidak berani berkata apapun sambil menghidangkan dan memotong daging beserta ikan dan menyajikannya di piring suami beserta tamunya.

Kemudian,  Claus kecil menginjak karungnya lagi dan kali ini suaranya agak besar dari yang pertama.  Krieeeeeeek....................
" Hey, penyihir itu lagi yah ? " tanya pak tani.  Claus kecil menggangguk.

" Apa lagi katanya ? "  kejar pak tani penasaran.

" Katanya..."  Claus kecil menjawab, " Ia telah menyihir tiga botol anggur untuk kita di dalam lemari yang ada di dekat oven. "

Sang istri petani pun terpaksa membuka lemari dan mengeluarkan botol anggur yang ia simpan untuk pengurus gereja.  

Pak tani pun sangat puas.  Ia mengajak sang tamu untuk menikmati anggur dan hidangan lezat hingga kenyang.  Ia tampak bahagia dengan hidangan malam ini.  Anggurnya pun ia minum perlahan-lahan, agar ia bisa meresapi rasanya yang nikmat.

Di tengah-tengah acara minumnya,  pak tani bertanya kepada Claus kecil, apakah ia bisa mencoba menyihir dengan menginjak kantong ajaib milik Claus.

" Apakah ia bisa menyihir setan ? "  tanya pak tani penasaran.  " Maaf sebelumnya, tapi aku sangat ingin bertemu dengan setan. "

" Oh ! Tentu saja ! "  sahut Claus kecil.  " Kantong ajaib ini bisa menyihir apapun yang kau inginkan, Pak tani.  Apa kau mau kubuktikan bahwa ia bisa menyihir setan ? "

Claus kecil lalu menginjak kembali karungnya.  Terdengarlah kembali suara kriieeekk yang sangat keras.  Claus kecil pun pura-pura bertanya apakah si kantong ajaib bisa mengeluarkan setan ?

Claus kecil kemudian menginjak lagi karungnya dan terdengarlah suara krieeek....yang panjang.

" Apakah anda mendengarnya, Pak ? " tanya Claus kecil.  " Dia bilang iya.  Tapi, dia juga bilang, tampaknya kita tidak akan mau melihat wujud dari setan itu. "

Claus kecil berusaha meyakinkan pak tani.

" Ah, saya tidak takut, Tuan !! Saya benar-benar ingin melihat wujud dari setan itu yang sebenarnya ! "  sahut pak tani sambil menepukkan dada.

" Kantong ajaib ini bilang,  ia sangat mirip dengan seorang pengurus gereja. "  kata Claus kecil.

" Ha ha ha ha....! Seburuk itukah ? "  gelak pak tani.  

" Aku memang membenci pengurus gereja.  Tetapi, tolong, jangan hentikan ini.  Saya benar-benar ingin melihat wujud setan.  Aku  tidak takut dia berwujud seperti apapun.  Tetapi, aku yakin dia tidak akan berani mendekati orang-orang sepertiku."  imbuh pak tani lagi.

" Oke. "  jawab Claus kecil. " Berikan aku sedikit waktu untuk berbicara dahulu dengan penyihir yang berhubungan dengan kantong ajaib ini. "

Claus kecil kembali menginjak karungnya. Krieeek.......
Lalu, ia mendekatkan kupingnya kepada karung itu dan berpura-pura tengah mendengarkan nasihat dari kantong ajaibnya.

" Hey, hey, hey.....apa katanya lagi ? "  tanya pak tani memburu.

" Dia bilang, kau bisa menemukan setan apabila kau membuka pintu lemari besar yang ada disudut ruangan ini.  Tetapi, kau harus bergerak cepat untuk menangkapnya.  Karena kalau tidak, dia bisa kabur dan menghilang. "  jawab Claus kecil meyakinkan.

" Apakah kau mau membantuku menangkapnya, Tuan ? "  tanya pak tani makin penasaran.  Claus kecil mengangguk.

Pelan-pelan,  pak tani segera mendekati lemari besar yang ada di sudut ruangan. Dengan cepat, ia membuka pintu lemari dan segera mencekal tangan si pengurus gereja yang tengah bersembunyi disana.

" Haaaaaaaaa !!! "  jerit pak tani.  " Aku melihatnya....aku melihatnya....! "

" Kau benar, Tuan !! Setan itu ternyata benar-benar mirip dengan si pengurus gereja yang paling aku benci !! "  seru pak tani kencang kegirangan.

Lalu, pak tani segera melempar " setan " itu masuk kedalam peti besar, lalu menguncinya.  Istrinya hanya bisa menutup mata dan terdiam di sudut ruangan.  

Pak tani lalu mengajak tamu istimewanya untuk melewatkan malam itu dengan minum anggur sampai pagi.  Pak tani lalu mengajak Claus kecil untuk minum di dekat perapian.

" Kau benar-benar harus menjual kantong ajaib itu padaku, "  kata pak tani.  " Kau bisa sebutkan harga berapa yang kau mau.  Aku akan membayarnya sesuai harga tanpa tawar menawar lagi, Tuan. "

" Maaf, "  tolak Claus kecil dengan halus.  " Tampaknya, saya sangat membutuhkan kantong ajaib ini. Kantong ini sangat berguna untuk pengembara seperti saya. "

" Tapi, aku juga sangat membutuhkannya, " rayu pak tani. " Kau tidak akan menyesal kalau kau menjual kantongmu itu padaku. Percayalah ! "

Pak tani terus menerus membujuk Claus kecil agar ia menjual " kantong ajaib " miliknya itu.  Claus benar-benar tidak mempunyai alasan apapun untuk menolang keinginan pak tani.

" Baiklah, "  putus Claus kecil. " Karena anda sudah berbaik hati mengizinkan saya tinggal disini malam ini,  tampaknya saya sudah kehabisan kata-kata untuk mengatakan 'tidak'. "

" Tetapi, saya memiliki harga yang sangat tinggi untuk anda bayar, Pak. "  tambah Claus kecil. "

" Baiklah, berapa harus saya bayar ? "  tanya pak tani.

Claus kecil menunjuk kepada sebuah peti tadi yang berisi si pengurus gereja.

" Aku mau sepenuh peti itu. " katanya mantap.

Pak tani menganggukkan kepala dan mereka pun berjabat tangan.  Claus kecil sangat senang,  begitupun pak tani.


Apa yang terjadi kemudian dengan si pengurus gereja yang ada di peti yang akan dibawa oleh Claus kecil ?
Lalu apa yang akan dilakukan Claus kecil dengan koin-koin emas miliknya sekarang ?
Apa yang akan terjadi pada Claus besar kalau Claus kecil kembali ke desanya ?


BERSAMBUNG.........................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Be well so other person will be good to you

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...